Jumat, 04 Februari 2011

IPv4 'Sekarat', IPv6 Jadi Masa Depan Internet

Jakarta - Habisnya IPv4 dianggap sebagai pukulan cukup berat bagi sebagian besar negara Asia Pasifik. "Kawasan ini merupakan wilayah dengan populasi terbesar di dunia, dan juga memiliki pertumbuhan ekonomi pesat. Hampir semua negara sedang mengembangkan infrastruktur internetnya dengan pesat," tutur Geoff Huston, Chief Scientist APNIC (Asia Pacific Network Information Centre) .

Ada beberapa kendala yang akan dihadapi dengan habisnya freepool IPv4 ini, yaitu:

1. Di sisi penyedia infrastruktur dan jaringan, akan sulit untuk memberikan alokasi IP publik ke pelanggan baru. Terpaksa dilakukan penggunaan IP private, dengan proses penerjemahan alamat. Secara umum memang pelanggan bisa mengakses internet, namun ada beberapa aplikasi khusus yang menuntut adanya koneksi langsung menjadi tidak bekerja. Membuat ISP baru akan menjadi hal yang hampir mustahil dilakukan bila tidak tersedia alokasi IPv4 yang baru.

2. Di sisi penyedia server, adanya penambahan IP publik adalah syarat mutlak untuk menambahan server. Server-server konten yang bertujuan untuk diakses banyak pengunjung dari internet membutuhkan IP publik. Tidak tersedianya IP publik akan secara langsung menghambat perkembangan industri konten.

Lakukan Sekarang

"Bagi penyedia konten, pemilik jaringan yang besar, kampus, bank, dan berbagai institusi yang memiliki jaringan dan konten internet, masih ada sedikit waktu untuk segera meminta alokasi IPv4, sekaligus langsung menjalankan IPv6," jelas Valens Riyadi, Kabid National Internet Registry Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Menurut Valens, ada banyak keuntungan apabila kita memiliki IPv4 sendiri. Kita bisa berlangganan ke lebih dari satu ISP dan melakukan load balance dan sekaligus fail over untuk beberapa link upstream tersebut.

"Kita juga lebih fleksibel untuk berpindah ISP, karena tidak perlu melakukan pengubahan alamat IP, karena alamat IP yang kita gunakan memang dialokasikan secara permanen ke kita, tidak tergantung pinjaman IP dari ISP," jelas Valens.

Untuk penyedia konten seperti perbankan, memiliki IP sendiri juga lebih baik dari sisi keamanan. Jika dilakukan whois pada alamat IP tersebut, data yang tercantum adalah identitas institusi kita sendiri, bukan ISP tempat berlangganan.

Institusi yang ingin mendapatkan alokasi IPv4, bisa menghubungi Indonesia Network Information Center (IDNIC) di web www.idnic.net atau email hostmaster@idnic.net

Migrasi ke IPv6


Di masa depan, IPv6 adalah jawaban pasti atas masalah habisnya IPv4 ini. IPv6 menjanjikan jumlah jauh lebih banyak. Jika IPv4 berjumlah 4,3 miliar IP, IPv6 berjumlah 4 triliun IP. Sungguh perbedaan jumlah sangat signifikan.

"Selain itu, IPv6 juga menjanjikan protokol keamanan yang lebih baik, karena protokol keamanannya bersifat bawaan, tidak seperti IPv4 yang bersifat optional," tambah Valens dalam keterangan yang diterima detikINET.

Seluruh pihak yang terkait dengan penggunaan jaringan dan IP address diharapkan saat ini juga mulai melakukan migrasi ke IPv6. Dalam beberapa waktu mendatang IPv4 dan IPv6 akan berjalan bersamaan (dual-stack), hingga satu saat nanti, kita bisa sepenuhnya menikmati penggunaan IPv6. ( fyk / ash )
(Detik.com)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger | Printable Coupons